Senin, Maret 26, 2007

Peran Media Massa Dalam Pengembangan Wisataagro

SECARA sederhana pengertian agrowisata atau wisataagro adalah kegiatan wisata yang berlokasi atau berada di kawasan pertanian secara umum, lebih dikhususkan pada areal hortikultura.
Pengembangan agrowisata pada konsep universal dapat ditempuh melalui diversifikasi dan peningkatan kualitas sesuai dengan persyaratan yang diminta konsumen dan pasar global. Sedangkan pada konsep uniqueness, konsumen ditawarkan kepada produk spesifik yang bersifat unik.
Keinginan masyarakat untuk menikmati objek-objek spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian/perkebunan modern dan spesifik, akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan yang pesat.


Kecenderungan itu merupakan pertanda tingginya permintaan akan agrowisata dan sekaligus membuka peluang bagi pengembangan produk-produk agrobisnis, baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik.
Hamparan areal tanaman yang luas seperti pada areal perkebunan, dan hortikultura di samping menyajikan pemandangan dan udara yang segar, juga merupakan media pendidikan bagi masyarakat dalam dimensi yang sangat luas, mulai dari pendidikan tentang kegiatan usaha di bidang masing-masing, sampai kepada pendidikan tentang keharmonisan dan kelestarian alam.
Objek wisataagro tidak hanya terbatas kepada objek dengan skala hamparan yang luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan, tetapi juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi objek wisata yang menarik.
Cara pembuatan gula kelapa misalnya, juga merupakan salah satu contoh dari kegiatan yang dapat dijual kepada wisatawan. Di samping mengandung muatan kultural dan pendidikan juga dapat menjadi media promosi, karena dipastikan pengunjung akan tertarik untuk membeli gula merah yang dihasilkan perajin.
Dengan demikian wisataagro bukan semata merupakan usaha/bisnis di bidang jasa bagi pemenuhan konsumen akan pemandangan yang indah dan udara yang segar, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian/perkebunan dan menjadi media pendidikan masyarakat, dsb.

Strategi

Pengembangan agrowisata juga tak beda dari mengembangkan usaha yang lain. Biasanya diawali dari penetapan visi, misi, strategi, sampai ke evaluasi. Secara otomatis, hal itu ditetapkan dengan mempertimbangkan dinamika untuk meningkatkan daya saing agrobisnis dalam perdagangan global, nasional, regional, maupun lokal, lewat analisis SWOT atau strenght (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang/kesempatan), threat (ancaman).
Pada era persaingan global yang semakin kompleks ini, maka faktor efisiensi merupakan faktor kunci dalam pengembangan agrobisnis, termasuk wisataagro. Pergerakan ke arah efisiensi tersebut menuntut kemampuan manajerial, profesionalisme dalam pengelolaan usaha dan penggunaan teknologi maju.
Dengan demikian, peran teknologi informasi dan promosi usaha serta kemampuan dalam menyiasati pasar dengan berbagai karakteristiknya, akan menjadi komponen yang sangat penting untuk selalu dicermati. Pada bagian lain wisataagro cenderung dominan kepada menjual jasa sumberdaya alam, untuk itu aspek kelestarian alam harus mendapat perhatian utama.
Sesuai dengan cakupan tersebut, maka upaya pengembangan wisataagro secara garis besar mencakup aspek pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan sarana san kelembagaan.
sumberdaya manusia
Sumberdaya manusia mulai dari pengelola sampai kepada masyarakat berperan penting dalam keberhasilan pengembangan wisataagro. Kemampuan pengelola wisataagro dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas, menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus menerus sesuai dengan potensi yang dimiliki, sangat menentukan keberhasilan dalam mendatangkan wisatawan.
Dalam hal ini keberadaan/peran pemandu wisata dinilai sangat penting. Kemampuan pemandu wisata yang memiliki pengetahuan ilmu dan keterampilan menjual produk wisata sangat menentukan. Pengetahuan pemandu wisata seringkali tidak hanya terbatas kepada produk dari objek wisata yang dijual, tetapi juga pengetahuan umum terutama hal-hal yang lebih mendalam berkaitan dengan produk wisata tersebut.
Ketersediaan dan upaya penyiapan tenaga pemandu wisataagro saat ini dinilai masih terbatas. Pada jenjang pendidikan formal seperti pendidikan pariwisata, mata ajaran wisataagro dinilai belum memadai sesuai dengan potensi wisataagro di Indonesia. Sebaliknya pada pendidikan pertanian, mata ajaran kepariwisataan juga praktis belum diajarkan.
Untuk mengatasi kesenjangan tersebut pemandu wisata agro dapat dibina dari pensiunan dan atau tenaga yang masih produktif dengan latar belakang pendidikan pertanian atau pariwisata dengan tambahan kursus singkat pada bidang yang belum dikuasainya.
Dalam kaitan ini kerjasama antara objek wisataagro dengan biro perjalanan, perhotelan, dan jasa angkutan sangat berperan. Salah satu metoda promosi yang dinilai efektif dalam mempromosikan objek wisataagro adalah metoda "tasting". Yaitu memberi kesempatan kepada calon konsumen/wisatawan untuk datang dan menentukan pilihan konsumsi dan menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan sehingga wisatawan merasa betah. Kesan konsumen itu akan menciptakan promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya.
Faktor sumberdaya alam dan lingkungan tersebut mencakup sumberdaya objek wisata yang dijual, serta lingkungan sekitar termasuk masyarakat. Untuk itu upaya mempertahankan kelestraian dan keasrian sumberdaya alam dan lingkungan yang dijual sangat menentukan keberlanjutan usaha.
Kondisi lingkungan masyarakat sekitar juga menentukan minat wisatawan untuk berkunjung. Sebaik apapun objek wisata yang ditawarkan, apabila masyarakat sekitar tidak menerima kehadirannya, akan menyulitkan dalam pengembangan.
Antara usaha wisata agro dengan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Usaha wisataagro berkelanjutan membutuhkan terbinanya sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari, sebaliknya dari usaha bisnis yang dihasilkannya dapat diciptakan sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari.
Perlu diingat pula usaha wisataagro bersifat jangka panjang dan hampir tidak mungkin sebagai usaha jangka pendek. Untuk itu segala usaha perlu dilakukan dalam perspektif jangka panjang. Sekali konsumen/wisatawan mendapatkan kesan buruk, dapat berdampak jangka panjang untuk mengembalikannya.
Kehadiran konsumen/wisatawan juga ditentukan oleh kemudahan-kemudahan yang diciptakan, mulai dari pelayanan yang baik, kemudahan akomodasi dan transportasi sampai kepada kesadaran masyarakat sekitarnya.
Upaya menghilangkan hal-hal yang bersifat formal, kaku dan menciptakan suasana santai serta kesan bersih dan aman, merupakan aspek penting yang perlu diciptakan.
Pengembangan wisataagro memerlukan pula dukungan semua pihak, seperti pemerintah yang bertindak sebagai fasilitator dalam mendukung berkembangnya wisataagro dalam bentuk kemudahan perizinan, infra struktur, dan lainnya.
Kondisi perekonomian dan persaingan global yang semakin kompleks, menuntut kreativitas pengembangan usaha yang kompetitif, sesuai dengan keunggulan yang dimiliki. Wisataagro merupakan salah satu usaha agrobisnis yang prospektif untuk dikembangkan.
Namun demikian tantangan yang dihadapi dalam pembangunan wisataagro ke depan sangat besar, terutama berkaitan dengan kesiapan SDM, promosi dan dukungan prasarana pengembangan. Untuk itu diperlukan langkah bersama antara pemerintah, pengusaha wisata agro, lembaga terkait dan masyarakat. Upaya terobosan perlu dirancang untuk lebih meningkatkan kinerja dan peran wisataagro.

Peran Media

Jawa Tengah sendiri memiliki potensi agrowisata yang cukup banyak dan variatif. Misalnya Agrowisata Kebun Tambi di Kecamatan Kejajar, Wonosobo (kebun teh dan proses pengolahannya), Kebun Lerep di Ungaran (kebun kopi dan cengkih), serta Kebun Getas/Asinan di Kecamatan Beringin, Kabupaten Semarang (aneka tanaman buah dan proses pengolahannya). Ini sekadar contoh agrowisata perkebunan.
Hanya saja, potensi tersebut belum banyak dikembangkan secara profesional, sehingga belum banyak dikenal masyarakat dan memberikan profit yang maksimal bagi pengusahanya.
Di samping belum dikelola secara profesional, para pemilik/pengelola umumnya juga kurang memanfaatkan media massa dalam pengembangan usahanya. Baik media audio (dapat didengar misalnya radio), visual (dapat dilihat seperti media cetak), audio-visual (didengar dan dilihat misalnya televisi), maupun media digital seperti internet.
Belum memanfaatkannya media tersebut, pada umumnya disebabkan karena mereka belum tahu bagaimana berhubungan dengan insan pers/media. Padahal kegiatan promosi merupakan salah satu kunci dalam mendorong kegiatan wisata agro.
Penyebaran informasi dan pesan promosi memang tak hanya melalui media massa, tetapi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, penyediaan informasi pada tempat public (hotel, restoran, bandara dan lainnya). Tetapi pemanfaatan media (dalam bentuk iklan, advetorial, release/berita, atau laporan), sangat efektif karena jangkauan audience lebih luas.
Berkaitan itu ‘’hukumnya wajib’’ setiap perusahaan agrowisata mempunyai petugas PR (Public Relation) yang bertugas mempublikasikan potensi yang dipunyai kepada masyarakat luas media massa, atau bentuk-bentuk publikasi potensi yang lain.

(Sri Mulyadi, bahan tulisan dari berbagai sumber)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Bapak mul..
saya kartika,mahasiswi STIE bali..
terima kasih atas tulisan bapak..karna sangat menunjang dalam pembelajaran saya..!!!
god bless you..

japyjapy mengatakan...

makasih, mbah mul ..
tulisan mbah berguna bagi penyusunan proposal penelitian saya, kebetulan saya mengambil tema agrowisata ..
kapan2 saya boleh diskusi sama mbah ya !